Kampoong Hening

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Penyakit Psikosis

Psikosis merupakan salah satu jenis gangguan kejiwaan yang dapat dialami seseorang. Penderita psikosis biasanya mengalami gangguan halusinasi dan delusi. Gangguan ini akan menyebabkan penderitanya sulit membedakan mana yang nyata dan tidak.  Selain mengalami halusinasi dan delusi, penderita juga akan menunjukan tingkah laku yang tidak masuk akal serta mengalami perubahan mood yang tidak stabil.

Psikosis dapat disebabkan oleh banyak hal, karena itu penyebab psikosis selalu berbeda-beda. Psikosis dapat muncul akibat mengkonsumsi obat-obatan terlarang, kurang tidur, serta penyakit pada tubuh. Beberapa penyakit pada tubuh yang dapat memicu psikosis adalah tumor, epilepsi, dan stroke. Penyakit ini juga dapat dipicu oleh gangguan kejiwaan seseorang seperti bipolar, depresi, dan skizofrenia.

Ketika mengalami psikosis, gejala yang sudah pasti muncul adalah halusinasi dan delusi. Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang menyebabkan kelima indra merespon terhadap sesuatu yang tidak ada. Sedangkan delusi merupakan kondisi dimana seseorang tidak bisa membedakan hal nyata dan tidak nyata. Penderita umumnya menaruh kepercayaan yang kuat terhadap sesuatu yang tidak benar kenyataannya.

Psikosis berbeda dengan skizofrenia. Dimana skizofrenia merupakan fase selanjutnya dari psikosis. Ketika tidak ditangani dengan cepat, Skizofrenia didiagnosis ketika seseorang memiliki gejala psikosis lebih dari enam bulan. Hal ini menyebabkan orang dengan skizofrenia masih memiliki gejala yang serupa dengan penderita psikosis. Karena memiliki gejala yang serupa, penentuan orang menderita skizofrenia atau psikosis harus melalui diagnosa yang akurat. Hal ini karena orang yang memiliki psikosis belum tentu menderita skizofrenia.

Ketika menerima diagnosa menderita psikosis, pengobatan yang dilakukan biasanya berupa pemberian obat-obatan dan terapi. Hal ini dibutuhkan agar penderita tidak berada diluar kendali dan tidak menyakiti dirinya selama masih mengidap psikosis. Ketika menjalani pengobatan dirumah, penderita perlu untuk dipantau dan tetap berkomunikasi secara rutin dengan dokter yang bersangkutan. Sehingga ketika melihat, mendengar, atau merasakan hal yang tidak nyata, penderita dapat segera menghubungi dokter bersangkutan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top