Derita, sakit hati dan luka batin ternyata bisa menjadi pemicu keberhasilan seseorang bahkan bisa mengantarkan seseorang menjadi tokoh dunia. Tentu Anda mengenal Steve Jobs bukan? Keberhasilan Steve Jobs dalam mengembangkan Apple menjadi perusahaan kelas dunia ternyata salah satunya dipicu oleh kehidupan rumah tangganya yang kurang harmonis.
Dalam memoar berjudul Small Fry (2018) yang ditulis Lisa Brennan, putri kandung Steve Jobs, ia mengatakan, bahwa Steve Jobs, pernah tidak mengakui ia sebagai anaknya, meski yang memberi nama Lisa adalah pendiri Apple ini. Lisa juga menyampaikan bahwa Steve adalah laki-laki yang kasar dan tidak terlalu peduli dengan keluarganya.
Meski terlihat seperti tidak mengakui anaknya, pada tahun 1983, Steve Jobs mengeluarkan komputer terbaru besutan Apple dengan nama Apple Lisa. Meski ia menampik dan mengatakan bahwa Lisa adalah kependekan dari Local Integrated System Architecture bukan tentang anaknya. Namun demikian, bagi Anda yang sudah mempelajari ilmu otak bawah sadar tentu paham bahwa penyebutan kata Lisa itu menunjukkan bahwa Steve Jobs sebenarnya sangat mencintai anaknya.
Bukan hanya itu, pada tahun 2001 Jobs membuat iPod yang mengembalikan masa keemasan Apple. Anda tahu latar belakang lahirnya produk ini? Ketika itu, sang putri sangat senang mendengarkan musik menggunakan tape recorder dimana jumlah lagu yang bisa didengarkan sangat terbatas. Steve Jobs berjanji kepada putrinya untuk membuat suatu perangkat yang bisa menampung ribuan lagu.
Demi memenuhi janjinya, demi memperbaiki hubungan dengan putrinya, demi kebahagian putrinya, lelaki pencinta jeans ini berjuang siang malam untuk bisa membuat perangkat yang bisa menampung ribuan lagu. Maka muncullah iPod yang membuat harga saham Apple naik dan terus bertahan hingga beberapa tahun kemudian. iPod pun menjadi salah satu legacy Steve Jobs di muka bumi ini. Karena dari produk ini kemudian muncul produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Hampir semua manusia pernah sakit hati dan memiliki luka batin seperti Steve Jobs, termasuk saya dan Anda. Diantara mereka, ada yang larut dalam luka batinnya sehingga hidupnya semakin menderita dan menularkan deritanya kepada orang-orang di sekitarnya. Namun ada juga yang menjadikan luka batin itu sebagai inspirasi, pemicu dan pendorong lahirnya banyak prestasi hingga layak menjadi legacy di muka bumi.
Saya sudah mempelajari kehidupan orang-orang yang pada awalnya memiliki luka batin dan sakit hati namun akhirnya mereka mampu menghasilkan prestasi yang sangat layak menjadi legacy di muka bumi.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini