Saudara, tahukah Anda bahwa salah satu yang dapat menjadi indikator kesehatan mental seseorang adalah kondisi jiwanya yang stabil dan pikirannya yang tenang?
Untuk itu, jika seseorang memiliki keinginan untuk selalu dalam keadaan sehat secara mental, selain kondisi fisiknya harus senantiasa sehat pula, maka pastikan keadaan jiwa dan pikirannya juga dalam keadaan sehat, tenang, tenteram, dan stabil.
Namun, beberapa masalah berat yang bisa saja datang secara tiba-tiba, dapat mengguncang mental seseorang, karena jiwa dan pikirannya dalam keadaan tidak tenang. Maka, kondisi seperti stres, depresi, dan beragam gangguan mental lain, mulai dari yang sedang sampai berat, akan mudah mendatangi orang tersebut.
Jika penyakit atau gangguan mental telah menyerang seseorang, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan demi mengembalikan kestabilan kondisi mentalnya, adalah dengan melakukan psikoterapi, yaitu terapi secara psikologis yang akan membantu seorang pasien kembali ke keadaan jiwa dan pikiran yang tenang dan tenteram, untuk mendapatkan lagi kondisi mental yang stabil.
Nah, salah satu jenis psikoterapi yang cukup terkenal adalah CBT. CBT sendiri adalah singkatan dari Cognitive Behavioral Therapy, atau dalam bahasa Indonesia disebut terapi tingkah laku dan kognitif.
Terapi ini lebih cenderung kepada proses untuk mengubah tingkah laku seseorang melalui pola pikirnya. Tentu, terapi ini termasuk dalam salah satu cara untuk mengembalikan kestabilan jiwa dan pikiran seseorang.
Pada terapi ini, prosesnya antara terapis dan pasien memang harus bertatap muka atau bertemu langsung. Sebab, hal itu akan lebih memudahkan proses terapi dan mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Pendekatan dengan tatap muka secara langsung juga memudahkan terapis mengetahui bagaimana kondisi pasien, sementara pasien sendiri bisa merasa lebih dekat dengan terapisnya.
Kemudian, terapis akan mengajak pasien untuk berkomitmen bersama dalam upaya mengubah pola pikir pasien agar bisa mengarah ke hal yang baik.
Seperti misalnya, dalam kasus di mana pasien menganggap bahwa dengan mengonsumsi alkohol maka bisa menjadi pelampiasan emosi dari masalah yang sedang dihadapi dan menenangkan pikiran sejenak. Maka, terapis akan mencoba mengajak pasien mengubah pola pikir itu dan menggantinya dengan hal positif, seperti misalnya bahwa mendekatkan diri pada Allah adalah hal yang jauh lebih bisa menenangkan hati daripada mengonsumsi alkohol, saat si pasien mengalami suatu masalah pelik.
Pengubahan pola pikir ini sangat memengaruhi tingkah laku pasien di kemudian hari. Maka, terapi CBT ini bisa menjadi jalan juga sebagai terapi untuk orang yang tengah mengalami gangguan mental tertentu.
Lantas sebenarnya kasus gangguan mental apa saja yang bisa diatasi dengan terapi CBT itu? Antara lain adalah depresi, fobia, gangguan kecemasan, gangguan tidur, stres, dan kesedihan karena ditinggal seseorang yang dicintai.
Sementara untuk gangguan mental yang lebih berat, seperti gabungan dari trauma dan gangguan lainnya, maka hal tersebut belum bisa diatasi dengan terapi CBT ini. Sebab, membutuhkan beberapa tindakan untuk mengatasi gangguan mental berat, dan beberapa di antaranya diharuskan dengan mengonsumsi obat-obatan antidepresan.
Nah, setelah mengetahui sedikit banyak tentang CBT ini, Anda juga perlu tahu apa saja manfaat dan beberapa kelemahan dari terapi ini. Agar jika Anda atau ada orang terdekat di sekitar Anda yang sedang mengalami satu gangguan mental tertentu, dapat memilih apakah CBT ini merupakan terapi jiwa dan pikiran yang benar-benar dibutuhkan dan cocok dengan kondisi tersebut atau tidak.
Manfaat CBT
Tidak Harus Mengonsumsi Obat-obatan Tertentu
Terapi dengan metode CBT bagi penderita gangguan mental ringan tak harus mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk pasien yang mengalami masalah psikologis. Sebab, terapi ini lebih menekankan pada komitmen bersama antara terapis dan pasien dalam perubahan pola pikir dan tingkah laku pasien di kemudian hari.
Ini tentu memudahkan juga bagi pasien yang memiliki kondisi tidak terlalu bisa mengonsumsi banyak obat-obatan kimia. Atau bagi mereka yang memang kurang suka mengonsumsi obat.
Tidak perlu ada rasa paksaan dan harus mengatur jadwal minum obat, karena pasien lebih diminta untuk menguatkan komitmennya agar bisa mengubah perilakunya di kemudian hari, meskipun bertahap.
Bermanfaat untuk Seterusnya
Apabila pola pikir pasien sudah berhasil berubah, otomatis tingkah lakunya juga akan berubah pula. Misalnya, pasien yang kecanduan rokok, setelah berhasil mengubah pola pikir yang awalnya dianggap rokok sebagai pengalihan masalah, dia akan berhenti merokok setelah meyakini bahwa rokok itu sangat tidak baik bagi kesehatan.
Ini sangat bermanfaat untuk seterusnya. Sebab, jika seseorang telah mengubah pola pikirnya dari sesuatu yang buruk ke hal positif, maka itu akan berlangsung lama, bahkan seterusnya sampai dia menutup mata. Pola pikir yang telah bagus itu tentu akan memengaruhi tingkah laku dia juga untuk seterusnya.
Tidak Membutuhkan Waktu Lama
Kelebihan lain dari CBT ini sebagai terapi jiwa dan pikiran untuk gangguan mental ringan adalah tidak membutuhkan waktu lama untuk periode psikoterapi yang dijalani pasien.
Umumnya, psikoterapi membutuhkan waktu lama, meski sebenarnya juga tergantung dengan tingkatan dari gangguan mental yang dialami.
Nah, CBT ini biasanya bisa cepat selesai apabila pasien benar-benar bisa bekerja sama dengan terapis, mematuhi, dan memiliki komitmen kuat agar pola pikirnya segera berubah.
Namun, meskipun memang banyak manfaat yang akan diterima oleh pasien dengan terapi model CBT ini, tetapi juga ada kelemahan yang bisa dipertimbangkan oleh pasien atau keluarga, yang itu disesuaikan tentunya dengan dilihat dari kondisi sang pasien.
Kelemahan CBT
Terapi Ini Membutuhkan Komitmen Kuat
Apabila pasien tidak memiliki komitmen yang kuat untuk menjalani terapi ini, maka hal tersebut akan sia-sia. Sebab, dasar utama dari CBT adalah komitmen kuat dari pasien untuk mau bekerjasama dengan terapis dalam pengubahan pola pikirnya.
Itulah mengapa, pasien dengan gangguan mental yang dalam rentang menengah sampai berat, tidak begitu disarankan menggunakan terapi ini sebagai psikoterapi yang dijalankan untuk mereka. Sebab, untuk membangun komitmen kuat dan mengubah pola pikir dari pasien dengan gangguan mental yang berat memang cukup sulit.
Kadang Muncul Rasa Bosan
Intensitas bertemu yang cukup sering dan terapi yang berisi penuh dengan penguatan komitmen untuk mengubah pola pikir, memang kesannya akan sangat monoton bagi pasien. Ini yang bisa menimbulkan rasa bosan bagi mereka.
Kadang, rasa bosan itulah yang menjadi awal pasien kendur dengan komitmen yang telah sebelumnya mereka kuat bangun dalam mengawali terapi. Apabila rasa bosan dan jenuh makin besar, maka pasien akan melarikan diri dan tak lagi mau menjalani terapi sebelum mereka benar-benar pulih.
Nah, itulah beberapa hal yang bisa Anda ketahui tentang terapi jiwa dan pikiran dengan metode CBT ini. Apabila kondisi Anda atau orang terdekat yang tengah mengalami suatu gangguan mental cocok dan siap dengan metode psikoterapi ini, tak ada salahnya untuk mendatangi ahlinya dan meminta saran mengenai metode tersebut atau menggunakan Silent Mindful Listening.