Manusia secara umum berpendapat bahwa kebahagiaan itu sama dengan kesenangan. Hidup yang penuh dengan berbagai macam kesenangan adalah hidup yang bahagia jauh dari kesedihan.
Namun benarkah kebahagiaan didapat dengan banyak kesenangan?
Pencarian kesenangan hidup, sebagai naluri dasar manusia, menjadi pola umum pencapaian kehidupan manusia sehari2, kesenangan menjadi tujuan hidup. Berdasarkan penelitian sosial psikologi oleh Dr Martin Selignman, ia menemukan bahwa kesenangan ada batas nya, ada titik jenuhnya dan berbeda2 untuk tiap manusia.
Misal kesenangan karena makanan enak, akan ada batasnya saat perut manusia penuh, ia tak bisa makan lagi, tak bisa merasakan lagi nikmatnya makan enak, sebagaimana kesenangan saat awal pertama kali makan enak. Analogi yg sama akan terjadi pula pada bentuk2 kesenangan2 lain nya, semisal kesenangan libido, nafsu syahwat, saat puncak orgasme tercapai, manusia tak bisa merasakan kenikmatan lebih lanjut.
Kesenangan memiliki materi yg menyenangkan, semisal rumah mewah, kendaraan bagus, bahkan dengan wanita yg cantik sekalipun, suatu saat manusia akan menemui titik jenuh, bosan, ia akan mencari yg lain lagi, tak ada ujung kepuasan nya.
Secara psikologi kesenangan memiliki kriteria ;
- Kenikmatan yg berbatas, tak berkelanjutan, tak bisa disimpan, tak diwariskan pada orang lain.
- Terjadi pengurangan nilai kenikmatan. Seperti contoh makanan enak diatas, terasa enak saat pertama kali memakan nya, tapi bila terus menerus memakan makanan yg sama, akan berkurang kenikmatan nya, membosankan, bahkan tak akan terasa nikmat lagi saat perut sdh penuh.
Para ahli kedokteran dan psikologi yg mengadakan penelitian pada otak manusia pada saat manusia mendapatkan kesenangan, ditemukan pada bagian tertentu otak manusia terpantau peningkatan hormon2 tertentu yg menandakan rasa senang, semisal; dopamine, serotonin dll.
Saat bagian otak tersebut sudah penuh dg hormon2 tersebut, maka akan terjadi kejenuhan, hormon tsb tak diproduksi lagi, itulah kondisi saat terjadinya titik kejenuhan dan selanjutnya akan kembali normal, kalau digambarkan, hal tsb bagaikan grafik garis yg memuncak di awalnya kemudian menurun, sebuah grafik distribusi normal menurut ahli statistic.
Hal tsb menjelaskan bahwa kesenangan ada batasnya dan bersifat sementara, kepuasan hidup tak bisa dicapai dengan pemenuhan kesenangan yg tak ada habis nya. Manusia adalah makhluk yang lebih tinggi derajatnya daripada binatang yang hidup hanya sekedar mencari kesenangan, pemenuhan kebutuhan hidup.
Martin Seligman, dalam bukunya Authentic Happiness, menjelaskan secara umum ada 3 macam bentuk kebahagiaan yg dicari oleh manusia dalam kehidupan ini ;
- Hidup yg penuh kesenangan ( pleasant life )
- Hidup yg nyaman ( good life )
Hidup yg penuh kesenangan, ialah kondisi kehidupan dimana pencarian kesenangan hidup, kepuasan nafsu, keinginan dan berbagai bentuk kesenangan lain nya, menjadi tujuan hidup manusia. Hidup yg menyenangkan, ialah ketika sebanyak mungkin kesenangan hidup telah dimiliki.
Hidup yg nyaman, ialah kehidupan, dimana segala keperluan kehidupan manusia telah terpenuhi. Terpenuhinya semua keperluan hidup secara jasmani, rohani dan sosial. Hidup yg aman, tentram, damai.
Hidup yang bermakna, lebih tinggi lagi dari tingkat kehidupan yang nyaman, selain segala keperluan hidupnya telah terpenuhi, ia menjalani hidup ini dengan penuh pemahaman tentang makna dan tujuan kehidupan. Selain untuk diri dan keluarga nya, ia juga memberikan kebaikan bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Rasa kebahagiaan yg timbul ketika banyak org lain mendapatkan kebahagiaan karena usaha kita, pleasure in giving, kebahagiaan dalam berbagi, salah satu istilahnya. Perasaan nya dipenuhi dg rasa nyaman & bahagia, Flow menurut istilah ahli psikologi, Chikzenmihaly.
Menurut Seligman, berdasarkan penelitian psikologi nya, dengan mengadakan survey pada banyak orang dan riset kinerja otak manusia. Ia menemukan bahwa tingkat kesenangan dalam hidup tidak selalu sebanding dengan tingkat kebahagiaan. Dalam arti lain, tak selalu pencapaian kesenangan memberikan kepuasan hidup bagi manusia. Uang tak selalu bisa membeli kebahagiaan, adalah sebuah bentuk ungkapan singkatnya.
Sedangkan kehidupan yg nyaman; kehidupan yg bermakna ternyata berhubungan langsung dengan tingkat kepuasan hidup manusia. Dengan bertambahnya kenyamanan hidup akan bertambah pula kepuasan hidup manusia.
Dalam realita kehidupan saat ini yang materialistic, hidup yang penuh kesenangan, telah menjadi tujuan sebagian besar orang. Konsep kesenangan hedonis ini lah yg menjadi pandangan umum manusia di dunia ini, bahwa dengan pencapaian kesenangan hidup, anda akan bahagia. Mass media, Koran, internet, tv, film, dll yang menggembar gemborkan pop culture yg penuh kesenangan gemerlap kehidupan, semisal film2 hollywood & publikasi selebritis lain nya, secara tak langsung telah membuat orang berpikir bahwa org yg bahagia adalah org yg kaya, punya rumah bagus, mobil mewah, berpenampilan menarik ( cantik, tampan) dan memiliki berbagai symbol kesenangan hidup lain nya
Hal itu semua secara tak langsung membuat alam bawah sadar manusia untuk menjadikan itu semua sebagai tujuan hidupnya. Ada istilah bagus untuk menggambarkan orang yg terjebak dalam pemuasan kesenangan hidup tersebut, yaitu “hedonic treatmill” , pencarian kepuasan bagaikan orang yg berlari di treatmill ( tempat latihan lari di tempat), tapi sebenarnya ia tak pergi kemana2.
Dalam logika kapitalis materialis, pola pikir hedonis ini sangat ditekankan, karena dengan pola pikir itulah manusia akan membelajakan uangnya untuk membeli2 produk2 kesenangan yg diproduksi oleh para kapitalis ( pemilik modal). Psikologi komunikasi dalam dunia periklanan yg begitu maju, merayu setiap org dengan berbagai cara untuk membeli barang dan jasa yang mendapat label psikologis, bahwa dengan memiliki barang & jasa tersebut, orang akan bahagia. Sehingga manusia terjebak untuk menjadi konsumen yg tak pernah puas selalu belanja, jadi konsumen yg boros, Hal yg sangat bagus dalam pandangan produsen, tapi merugikan bagi konsumen.
Manusia membutuhkan kesenangan, sesuai dengan keperluan nya, manusia perlu makan, perlu gembira, perlu berketurunan dll. Namun kesenangan itu hanya efek samping bukan tujuan utama, karena kesenangan maksimal sekalipun tak bisa memberikan kepuasan hidup. Hidup yang nyaman dan hidup yg bermakna, akan bisa memberikan kepuasan hidup yang lebih langgeng, karena walau bagaimana pun hidup di dunia ini, manusia tak bisa meraih kepuasan hidup yang berlangsung selamanya, karena hanya di surga kelak, kepuasan hidup yang hakiki dan selamanya akan bisa dirasakan. Namun tak semua manusia bisa percaya dengan pendapat tersebut.
Jadi kesimpulanya, manusia mencari kebahagiaan di hidup ini, mereka akan memulai mencari kebahagiaan dengan memcari kepuasan diri dengan pemenuhan kebutuhan jasmani mereka, kemudian mereka ingin menemukan jati diri atau bahasa jawanya PASSION mereka dengan mengerjakan hal yang paling di sukai, dan pada akhirnya mereka sadar bahwa mengerjakan hal yang lebih besar dari diri mereka dan menyumbangkan sesuatu untuk kepentingan bersamalah yang membuat mereka menemukan arti kebahagiaan seutuhnya.
Tengoklah Bill Gates, Warren buffet, Mother teresa juga para sahabat nabi seperti Abu bakar dan banyak nama orang sukses lainya yang mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan yang lebih besar dari diri mereka. Bagai mana dengan anda, level kebahagiaan manakah yang saat ini anda kejar? ingatlah, tanpa menemukan meaningful life perjalanan anda belum berakhir. Simpanlah di hati anda sebuah kalimat mutiara dari robert oppenheimer yang mengatakan ” Orang bodoh mencari kebahagiaan di mana – mana. Sedangkan orang bijak megnumbuhkanya dari telapak kakinya.