Dulu saat aku kecil, aku lihat teman-temanku hidup rukun dan lengkap dengan kedua orang tuanya, adik atau kakaknya, beserta kakek dan neneknya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, saling bercerita dan tertawa gembira. Tapi saat aku melihat keluargaku sendiri, gambaran itu tidak ada. Ayahku pergi entah kemana meninggalkan aku dan ibu saja. Karena tidak ada yang menafkahi, akhirnya ibu harus pontang panting bekerja sendirian. Aku sering ditinggalkan. Aku hanya bisa bermain bersama teman karena tidak ada siapapun di rumah. Saat ibu pulang, aku dengan senang menceritakan apa saja yang aku pelajari di sekolah, hal-hal konyol yang dilakukan teman-temanku, hingga menggerutu kenapa aku tidak bisa membeli es krim cone mini seperti teman-teman lainnya. Aku hanya ingin mengadu, tapi ibuku malah memarahiku. Katanya aku berisik dan tak tahu waktu. Akhirnya aku tak pernah lagi menceritakan apapun tentangku kepada ibu. Ketika aku sudah nyaman dan menganggap temanku yang terbaik, dia malah pindah rumah ke kota lainnya. Kenapa semua orang meninggalkanku? Kenapa mereka mengabaikanku? Apakah memang aku tidak pantas untuk merasakan bahagia dan dikasihi? Apakah aku tak berharga?
Pengalaman masa kecil itu ternyata terbawa sampai aku dewasa. Kini aku tak bisa terlalu dekat dengan orang. Ketika aku mulai nyaman dan senang berkenalan dengan seseorang, seketika saja perasaan takut untuk ditinggalkan itu muncul kembali. Aku jadi menarik diri dan menjauhi mereka. Lebih baik aku yang meninggalkan daripada aku ditinggalkan. Aku tahu ada yang salah dengan cara pikirku. Akhirnya aku mencoba mencari tahu, sebenarnya apa yang tengah terjadi padaku? Dari semua pencarian, akhirnya satu hal muncul sebagai jawaban. Katanya, inner child-ku terluka. Sebenarnya, apa sih inner child itu?
Sederhananya, inner child adalah segala ekspresi yang dialami tak hanya oleh masa kecil kita, tapi juga pengalaman hidup di semua fase. Inner child juga bisa menjadi sumber kekuatan karena pengalaman hidup di masa kecil memberikan peran yang signifikan pada perkembangan hidup hingga dewasa. Namun demikian, hal ini bisa menjadi layaknya dua sisi mata uang: ketika pengalaman masa kecil yang negatif mempengaruhimu, inner child-mu kemungkinan akan terus menerus membawa luka tersebut hingga kamu menyembuhkannya.
Bagaimana inner child bisa terluka?
Ada banyak hal yang bisa menjadi faktor penyebab inner child terluka. Meskipun hal tersebut nampak bukan suatu hal yang besar, namun jika tidak ditangani dan disembuhkan dengan benar, bukan tak mungkin jika luka tersebut akan terus menghantuimu hingga dewasa.
- Kehilangan orang tua/wali/orang terdekat
- Pengabaian
- Kekerasan dalam rumah tangga
- Kekerasan seksual
- Bullying
- Broken home
Lalu apa saja tanda yang menunjukkan bahwa inner child kamu sedang terluka?
- Berusaha untuk selalu menyenangkan semua orang
- Takut akan penolakan
- Susah move on
- Kurang percaya diri dan merasa ada yang salah pada diri sendiri
- Takut ditinggalkan
Inner child yang terluka ini tak cukup diselesaikan hanya dengan cara berdamai, tapi harus disembuhkan. Dengan menyembuhkan inner child, kita mulai membuat keamanan dan keselamatan yang selalu dibutuhkan oleh diri kita di masa muda. Dengan melakukannya, sifat-sifat positif dari diri kita di masa kecil punya ruang untuk bersinar. Kita menemukan anugerah alami yang kita miliki, seperti rasa ingin tahu yang besar dan juga kemampuan mencintai yang tak terbatas.
Seorang psikolog klinis bernama Trish Philips, Psy. D., mengatakan bahwa, “Ketika kita menyembuhkan inner child yang terluka, kita juga menyembuhkan generasi. Kita menyembuhkan dunia. Kita benar-benar saling mempengaruhi satu sama lain.”
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan inner child yang terluka, di antaranya:
1. Cobalah untuk berkomunikasi dengan sisi anak-anak yang kamu miliki
Cara yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan inner child yang terluka adalah dengan berkomunikasi dengan sisi anak-anak yang kamu miliki. Coba ingat-ingat lagi pengalaman masa kecilmu yang membuatmu tidak nyaman hingga membuatmu bersikap seperti saat kamu dewasa. Cobalah urai penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab pastinya, tentu saja akan lebih mudah untuk menyembuhkannya.
Kamu juga bisa mencoba mendengarkan suara kecil yang muncul, seperti hal apa saja yang kamu butuhkan saat kecil namun tak pernah kamu dapatkan. Misalnya kamu tidak pernah merasakan disayangi oleh keluargamu karena mereka tidak pernah mengungkapkannya. Mengungkapkan rasa sayang layaknya hal yang memalukan yang harus dihindari. Tak ayal, saat dewasa kamu juga menjadi seseorang yang tidak ekspresif dan merasa kurang berharga. Cobalah untuk katakan pada dirimu sendiri bahwa kamu layak, kamu disayangi, kamu berhak berbahagia dengan cinta yang meruah di duni
2. Journaling
Dengan menuliskan perasaan dan pikiran yang kamu miliki, kamu akan lebih mudah untuk memahaminya. Cobalah mulai melakukan journaling, karena journaling sudah terbukti mampu meningkatkan kesehatan mental dan menurunkan depresi.
3. Cari bantuan profesional
Jika kamu kesulitan dengan keadaan yang tak kunjung membaik, tak ada salahnya untuk mulai mencari bantuan profesional. Di sana kamu akan dibantu untuk mengetahui permasalahan apa yang kamu derita. Inner child mana yang sedang terluka dan bagaimana solusi untuk menyembuhkannya.
Dengan mengetahui apa itu inner child dan bagaimana menyembuhkan luka yang ada, kita bisa membantu menyembuhkan generasi, layaknya yang dikatakan oleh Psikolog Philip. Bantuan profesional untuk meningkatkan kesehatan mental juga tak ditampik memang sangat dibutuhkan. Kampoeng Hening dengan programnya Be Happy Counselor menawarkan pelatihan non formal untuk belajar konseling. Melatih diri untuk menjadi konselor yang bisa membantu orang lain dengan keluhan-keluhannya tentu saja bisa jadi salah satu langkah untuk menyembuhkan generasi.